Kursus Memasak Jadi Kebutuhan dan Tren Gaya Hidup
Televisi
bisa dikatakan menjadi salah satu inspirasi tumbuhnya gaya hidup
memasak. Acara kuliner tak lagi sekadar memberi menu dan
mempraktekkannya saja, tetapi juga diselingi dengan acara jalan-jalan.
Industri media menyebutnya wisata kuliner. Bahkan, informasi tentang
masakan juga seringkali menjadi selingan di info berita.
Kehadiran
Chef Farah Quinn lewat program Ala Chef membuat memasak menjadi acara
yang mengasyikkan. Memasak menjadi sebuah gaya hidup yang tidak hanya
dilakukan di dapur tetapi juga di berbagai tempat, seperti di sisi kolam
renang, gunung, kebun atau pantai. Demikian pula program Cerita Rasa
William Wongso yang memberi edukasi cukup baik mengenai dunia kuliner.
Sosok William juga berusaha memberikan konteks sosial-budaya kegiatan
kuliner.
Namun,
bisa dikatakan program acara Masterchef Indonesia dan Junior Masterchef
Indonesia menjadi yang paling menarik minat orang dewasa dan anak-anak
dalam mempelajari lebih jauh tentang kuliner. Betapa luar biasanya jagad
kuliner, beragam tips memasak, kegiatan memasak, kisah para calon chef,
dan bahan masakan dibedah dengan kemasan yang menarik.
Sehat cerminan bangsa yang kuat
Tren
itu pun ditangkap menjadi peluang yang menjanjikan oleh para pelaku
usaha yang kreatif membuat kelas memasak yang diperuntukkan bagi semua
usia. Di tempat kursus memasak, anak-anak dapat bermain sekaligus
belajar membuat berbagai kreasi makanan. Menurut Arleen Amidjaja dalam
bukunya Fun and Mind Stimulating Things to do with Your Kids (2-6
years), memasak penting bagi anak karena memberi kesempatan untuk
melatih motorik, mengembangkan sensitivitas rasa serta mengasah
konsentrasi dan daya ingat. Kaum dewasa pun bisa meningkatkan kemajuan
dalam hal keahlian memasak, terutama membuat hidangan yang tak hanya
lezat tapi juga sehat.
"Kemajuan
pola pikir dan perkembangan dunia kulinari kini semakin pesat.
Kesadaran masyarakat yang menginginkan pola konsumsi makanan sehat dan
baik pun semakin tinggi. Maka dari itu, kami perlu mengedukasi dan
memasyarakatkan kulinari pada semua lapisan masyarakat," tutur Direktur
IONs International Education, Tatiana Esti Astuti.
Melalui
program IONs Culinary College, IONs International Education yang
berlokasi di Jalan C. Simanjuntak No. 50, Terban, Jogjakarta, ingin
mengedukasi masyarakat khususnya pelajar dan mahasiswa mengenai makanan
sehat, mengajarkan cara memasak yang benar dan sehat sebagai gaya hidup
modern. Selain itu, untuk mencetak seorang ahli dalam pengelolaan menu
masakan dan dasar-dasar chef.
Tentu
banyak hal yang bisa dipelajari di sini, mulai dari pemilihan bahan
dasar, pengenalan teknik dasar menu, tata cara olah menu dan waktu
pengelohaan menu serta penyajian menu. Dengan demikian, para peserta
mampu memahami teknik-teknik memasak dari pemilihan bahan sampai
penyajiannya.
"Kami
membuka program basic untuk siswa dari TK sampai SMP Junior Cooking.
Senior Cooking untuk SMA dan umum. Program Professional Chef untuk
mahasiswa dan umum. Ada juga private khusus, baik perorangan atau
kelompok, dan pendidikan jangka panjang Program IONs Culinary Academy
(ICA)," jelas Tatiana.
Dari
para chef, peserta akan mendapat banyak wawasan, seperti teknik
pemilihan bahan, teknik mengolah, dasar prinsip seorang chef, serta soft
skill untuk usaha. Satu hal yang juga penting, peserta akan lebih
percaya diri dalam hal kuliner. Peserta dapat menyajikan pola makan
sehat dan baik, serta pengembangan diri untuk bekerja di bidang kuliner.
Dari tren menjadi softskill
IONs
Culinary College yang digagas IONs International Education telah
memberi warna baru dalam dunia belajar. Kursus masak kasual yang tidak
sekaku kuliah masak resmi. Dengan staf pengajar yang bersahabat serta
profesional di bidangnya, IONs Culinary College menjadi tempat belajar
unggulan yang diminati banyak kalangan.
Staf
pengajarnya adalah chef professional dari berbagai hotel dan chef
khusus dalam bidangnya masing-masing. Mereka ahli dalam masakan Western,
Japanese, Oriental dan Middle East. Metode kulinari yang digunakan pun
sangat menyenangkan, yakni 30% dasar-dasar teori dan 70% praktik.
Program ini pun memperkenalkan teknik dasar pengelolaan menu dan dasar
seorang chef, mulai dari pemilihan bahan yang berkualitas sampai
penyajian hasil atau produknya.
Program
ini juga memberi kebebasan waktu yang ingin dipilih para pesertanya.
Mereka bisa mengambil pilihan waktu kursus mulai 1-3 bulan ataupun
setahun penuh. Biasanya, peserta yang memilih opsi terakhir adalah
mereka yang ingin menjadi chef profesional. Mengingat kesibukan kaum
urban yang berpacu dengan waktu, IONs Culinary College juga membuka
kursus private dengan waktu sesuai permintaan peserta.
Demi
menjaga konsentrasi dan kedekatan antara peserta dengan guru, IONs
Culinary College sengaja membatasi jumlah siswa dalam satu kelas. Setiap
kelas biasanya diisi lima sampai enam siswa per program. Pada periode
awal, program ini sudah menghasilkan beberapa generasi kuliner yang
andal. Salah satunya peserta bernama Caca yang berhasil menjuarai Junior
Masterchef session 3. Hingga saat ini IONs Culinary College telah
meluluskan lima ratus lebih peserta.
Lihat Profil video dibawah ini :
Lihat Profil video dibawah ini :
0 komentar:
Posting Komentar